RAWAJITU UTARA –
Topografi sejumlah kampung di Rawajitu Utara (RJU) yang cukup berat menuai perhatian
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mesuji. Melalui program Sai Bumi serasan Segawe
(SBSS), kecamatan yang berbatasan dengan Tulangbawang ini mendapatkan kucuran
dana Rp. 236.445.000. untuk penstabilan tanah atau lazim disebut soil stabilizer.
Kegiatan ini dilakukan di Kampung Sungaibuaya dengan spesifi kasi panjang 925
meter, lebar 3 meter dan ketebalan 0,15 meter.
Fasilitator Teknik (Fastekab) PNPM MPdINTEGRASI Kabupaten Mesuji
Singgih Bambang Kuncahyo, S.T. mengatakan penstabilan tanah ini dipilih karena
memungkinkan untuk dikerjakan masyarakat. “Karena mengingat lokasi menuju ke
RJU
memang terbilang sulit,” katanya.
Sebenarnya, lanjut Singgih, tipe tanah RJU bisa saja
menggunakan pengerasan dengan batu belah atau telford. “Tapi yang menjadi
persoalan adalah kondisi dan jarak tempuh yang harus menyebrangi sungai. Belum lagi
ditambah dengan tekstur geografi s tanah yang jika musim hujan sulit dilalui,”
ungkapnya. Sehingga, masih menurut Singgih, menyebabkan terhambatnya
proses dropping (pendistribusian) material dan membuat harga material di
pasaran melonjak tinggi. “Hal lainnya karena soil
stabilizer juga memiliki beberapa kelebihan.
Diantaranya tanah menjadi keras.
Jika hujan tidak becek dan musim kemarau relatif mengurangi
debu. Apalagi jalan yang dibangun itu hanya bersifat jalan pertanian biasa yang
tidak dilalui oleh kendaraankendaraan berat. Jadi program ini memang sudah
tepat,” akunya.
Sementara, Ketua Unit Pengelola Kegiatan (UPK) RJU Puryanto menyatakan
pembangunan penstabilan tanah ini baru kali pertama dilaksanakan oleh UPK. “Meski
baru pertama kali, kami tidak terlalu kesulitan untuk melaksanakannya. Hal ini
karena adanya pendampingan teknik oleh Fastekab PNPM MPdINTEGRASI. Kami juga
didampingi oleh tim supervisi dan teknik dari
PT Watu Kali Jogjakarta selaku produsen matos (bahan perekat
tanah dan semen),” jelasnya.
Ditambahkannya, soil stabilizera dalah sarana penstabilan
tanah dalam wujud jalan yang materialnya terdiri dari tanah, semen dan matos sebagai
bahan perekat. Setelah tanah dan semen dicampur, matos yang sudah bercampur air
disemprotkan secara merata. “Sesudah itu barulah dilakukan pemadatan dengan
menggunakan bius beton,” urainya.
Untuk tahap akhir dari pekerjaan ini, pria yang sudah tiga
tahun menjabat ketua UPK ini mengatakan perlunya dilakukan penyiraman rutin
setiap hari selama maksimal 15 hari. “Sejauh ini, memang tidak ada kendala.
Tapi dari pengalaman yang kami rasakan, khusus untuk daerah pasang surut
seperti RJU, sebaiknya pekerjaan jenis ini dilakukan pada musim hujan. Sebab di
musim kemarau air menjadi payau dan terasa asin. Hal ini ternyata tidak terlalu
baik untuk kualitas pekerjaan,” tutupnya. (pur)
Posting Komentar